Akibat terjadinya baku tembak antara anggota Brimob dan Kopassus di Ambon, Menko Polkam mengisyaratkan Pangdam dan Kapolda Maluku ditarik ke Jakarta. "Saya minta di setiap simpul, kalau memang pengendalian tidak efektif, tidak kompak satu sama lain, berkoordinasi juga susah, buat apa dipertahankan," ujar Yudhono dengan nada tinggi, saat dicegat wartawan di kantornya, di Jakarta, Rabu (15/5). Hal itu diungkapkan Menko Polkam menjawab wartawan mengenai sikapnya terhadap peristiwa baku tempak anggota Brimob dan anggo ta Kopassus di Ambon Selasa (14/5) menyebabkan dua orang anggota Brimob dan dua orang anggota Kopassus menderita luka tembak. Anggota dari dua satuan elit masing-masing Brimob dari Polri dan Kopassus dari TNI-AD yang baku tembak itu mengakibatkan Wak il Komandan Batalion Brimob Resimen I AKBP Eddy Sudaryo dan anggota Satpolair Polda Maluku Bripka Abre Kakisina luka-luka terkena tembakan. Korban dari Kopassus Praka Made Inpres dan Lettu Inf Rori Sitorus juga luka serius. Menko Polkam Yudhoyono juga mengungkapkan, dirinya sering mendapat laporan mengenai buruknya kekompakan aparat di lapangan. Untuk itu dia berharap, jajaran TNI/Polri segera melakukan perbaikan. Hal ini lanjut Yudhoyono, sangat membutuhkan atensi yang tinggi dari semua pihak. "Saya sering mendapat laporan kekompakan, efektifitas komando dan pengendalian mereka di lapangan masih belum baik. Saya ber harap, yang memiliki tanggung jawab dalam hal ini jajaran TNI dan Kepolisian pada level di daerah, bisa melakukan perbaikan dengan atensi yang sungguh-sungguh," ujar Yudhoyono. Yudhoyono menyebut peristiwa ini sangat memalukan. Dia meminta Panglima TNI Laksamana Widodo AS dan Kapolri Jenderal DaI B ahctiar menjelaskan hal ini secara transparan. Hal ini penting agar berita mengenai hal ini tidak simpang siur. "Saya melalui Panglima TNI dan Kapolri, meminta organisasi menjelaskan kepada publik tanpa ditutupi siapa yang harus bertang gung jawab," tukas Yudhoyono. Peristiwa Baku Tembak Kapolri Jenderal Pol Dai Bachtiar membenarkan peristiwa itu, namun dia membantah, peristiwa baku tembak di Maluku pada Seni n malam lalu bukan lah ribut-ribut antar-pasukan. Tapi hanya ribut-ribut kecil antar-pelaksana di lapangan, demikian Kapolri di Jaka rta, Rabu. Berdasarkan laporan Polda Maluku, Kabidpenum Mabes Polri Kombes Pol Prasetyo di Mabes Polri, Jakarta menjelaskan, peristiwa cukup memalukan itu terjadi pada Senin (13/5) malam menjelang Selasa (14/5) dinihari. Kala itu, tim gabungan Intel dan Reserse Polda Maluku hendak menanyai dan menahan Berty Loputty karena dicurigai terlibat peristiwa kerusuhan terakhir di Ambon yaitu kerusuhan du a desa, Desa Parto dan Desa Haria. Kecurigaan ini diperkuat keterangan Yunus, seorang preman di Kudamati yang lebih awal ditangkap dan dimintai keterangan. Sel ain itu, Berty juga dituduh sering melakukan pemalakan di Kudamati dan mengancam dua anggota polisi yang rumahnya di daerah itu. Dia juga dicurigai memiliki senjata api organik. Pada Senin pukul 10:00 WIT, para polisi itu mendatangi rumah Berty. Namun, saat itu Berty tidak ditemukan di rumahnya. Pukul 21:00 WIT, tim gabungan kembali ke sana tapi tak menemukan Berty. Diperoleh informasi Berty ada di rumah Paulus. Tim gabungan itu lantas pergi ke rumah Paulus. Di sana, mereka mendapati tengah nongkrong dua anggota Kopassus. Mereka adala h Wakil Danyon Lettu Inf Harri Sitorus dan Praka I Made Inpres. Wadanyon Harri mengingatkan agar I Made tidak melakukan perlawanan pada anggota Polda. Dilaporkan juga, Kopassus itu mengaku tengah di rumah Paulus untuk memintai keteranganNamun ketika polisi memintai surat tugas, Praka I Made Inpres malah menjawabnya dengan tembakan. Versi lain menyebut, kasus tersebut berawal dari rencana penangkapan Berty Loupatty di sekitar kawasan Kudamati satu lokasi dengan kediaman Ketua Front Kedaulatan Maluku (FKM) Dr Alex Manuputty. Dalam insiden tersebut dua anggota Kopassus yaitu Praka Made Inpres dan Lettu Inf Rori Sitorus sebelum dibawa ke Mapolda Mal uku, sekitar dua km dari Kudamati, dianiaya hingga Made Inpres harus dievakuasi ke Jakarta akibat mengalami luka serius. Sitorus ketika ditemui di Rumah Sakit Dr.Latumeten (RST) Ambon mengaku saat kejadian dia bersama anak buahnya sempat mengata kan dirinya adalah anggota TNI bahkan mereka menyerahkan kartu identitas anggota, namun polisi tidak peduli dan tetap menganiaya. Hi ngga Rabu, Sitorus masih dirawat akibat memar di muka dan mulut. Demikian dikutip dari Antara. Keterangan lain menyebutkan bentrokan terjadi saat anggota Brimob yang dibantu oleh Perintis Polda Maluku akan menangkap Ber ty Laupatty, pimpinan Gang Coker (cowok keren) di Kudamati. Penyergapan itu dilakukan berdasarkan informasi, kelompok preman di bawah pimpinan Berty Loupatti tersebut bertanggung jawab atas beberapa kerusuhan, baik di kawasan Muslim maupun Kristen, selama dua tahun terakhir. Ketika aparat berusaha menerobos masuk ke rumah Berty di kawasan Kudamati, tiba-tiba ada dua kali ledakan bom, kemudian disu sul baku tembak antara anggota Kopassus dengan anggota Brimob. Menurut informasi yang dihimpun, selama ini Berty memang dikenal deka t dengan kalangan Kopassus. Berkenaan dengan koordinasi aparat keamanan di Maluku, Prasetyo mengatakan, meski ada kordinasi polisi tak harus melapor ke TNI untuk melakukan kegiatan karena pembagiannya sudah jelas dalam darurat sipil. "Jadi TNI yang menjalankan tugas-tugas keamanan, P olri yang menegakkan hukum," kata Prasetyo. Tuntut Polda Dipereoleh keterangan, Kodam XVI/Pattimura berencana menuntut Polda Maluku untuk menuntaskan kasus penganiayaan yang dilakuk an anggota polisi terhadap dua anggota Kopassus pada Selasa malam lalu. Seorang sumber di Kodam Pattimura, Rabu, mengakui rencana tuntutan hukum tersebut, dan disebutkannya pihaknya telah menyusun laporan kronologis peristiwa sekaligus meminta pertimbangan dari pihak Kodam dan Pomdam setempat guna mengajukan tuntutan tersebut. Satgas Sandiyudha Mayor Inf Imam Santoso membenarkan soal rencana tuntutan hukum untuk menuntaskan kasus tersebut. "Kami aka n minta pertanggungjawaban atas penganiayaan terhadap dua anggota kami," kata Imam seperti dikutip Antara. Ditambahkannya pihaknya m enjamin tidak akan ada anggota yang melakukan kegiatan di luar pengetahuannya sebagai komandan Satgas. Panglima Komando Daerah Militer Pattimura Brigadir Jenderal TNI Mustopo saat dihubungi melalui telepon, Rabu menuturkan, kes atuan TNI yang bersiaga di wilayah tersebut berasal dari Kopassus, Komando Cadangan Strategis TNI AD, batalyon infanteri, dan bataly on artileri medan. Mereka menjalankan tiga tugas pokok yakni menghentikan konflik, men-sweeping senjata, dan membantu rekonsiliasi. Pangdam Pattimura menganggap wajar jika masyarakat menghujat dan menyudutkan aparat. "Itu dinamika operasi," ujar dia. Katanya, situasi kota Ambon kemarin relatif aman setelah baku tembak itu. Kendati demikian, aparat keamanan masih merazia se njata di sejumlah daerah yang dianggap rawan. Beberapa sasaran sweeping yaitu sepanjang jalan Pantai Losari dan Mardika dengan targe t senjata dan kartu tanda penduduk. Langkah itu bertujuan mempercepat pemulihan keamanan di Ambon. "Tapi, kegiatan perekonomian dan aktivitas kerja sudah berjalan seperti biasa," ujar Pertanyakan Kopassus Mabes Polri sendiri berencana akan mempertanyakan penugasan dua oknum Kopassus yang menembak anggota Polda Maluku saat berusaha menangkap salah satu preman Kudamati, Ambon, Berty Lopatty. "Kami mempertanyakan penugasan dua oknum Kopassus itu," kata Kabidpenum Mabes Polri Kombes Pol Prasetyo di Mabes Polri, Jakarta. Yang dimaksud mempertanyakan penugasan adalah karena dua anggota Kopassus itu mengaku tengah memintai keterangan Paulus, yang rumahnya dikunjungi Berty. Polisi menangkap dua anggota Kopassus itu dengan barang bukti senjata api SS1. Kasus ini lantas diserahkan pada Pomdam Maluku. Sedang Berty yang dicari-cari, melarikan diri. Berty disebut-sebut memang dekat dengan kalangan Kopassus. Dia anggota preman Coker (cowok keren) Ambon. sumber: (Detik.com)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar